el Bashiroh
Mencerahkan Rohani Bangsa


Al Bashiroh

[ Edit ]

Upaya Penghancuran Agama

Seri dialog Imajiner

Rubrik ini menyajikan fenomena sosial agama yang telah lalu lalang (keluar masuk) di telinga kita. Disajikan dalam ulasan wawancara/dialog antara akal (si Aqil) dan hati (si Fuad). Karena dialog ini yang secara tidak sadar paling sering terjadi dalam diri kita, dan kita sering mengabaikannya. Padahal dalam dialog itu terjadi perdebatan, secara tidak langsung kita telah melalaikan ibadah yang besar yang berupa fikroh al masail, yang di sisi lain merupakan kesalehan sosial, jika berpikir itu kita niati dengan ibadah. Mari kita simak dialog imajiner (khayalan) berikut:


Aqil:
"Supremasi (kekuatan) hukum di Indonesia terlalu naif. Tiap orang bisa menjalankan kehendaknya sendiri. Adakah pejabat yang pura-pura tidak tahu uang panas (haram)? Jawabnya ada, malah mayoritas. Adakah seorang anak tujuh tahun telah mencabuli balita? Jawabnya ada. Adakah koruptor yang bebas dari hukuman? Jawabnya ada, malahan sering. Adakah artis berdakwah? Jawabnya ada, bahkan lagi nge-trend. Adakah mantan preman memproklamirkan diri jadi ustadz lalu berijtihad sendiri terhadap ayat al-Quran? Jawabnya ada. Ada juga artis syiar tentang ketauhidan tetapi dicekal ustadz? Jawabnya ada. Tetapi itu menjadi tanda tumbuhnya pluralisme beragama di Indonesia yang pernah aku cita-citakan ..."
Fuad:
"Wah-wah, kowe kok kepincut (tergiur) sing ngono-ngono kuwi? Seharusnya kamu sadar kalau otak memang ada batasnya. Buktinya kamu terkecoh dengan peristiwa yang aneh-aneh buat kamu, tapi memuakkan bagiku".
Aqil:
"Luoh, kok bisa Kang?"
Fuad:
"Ya, iya laaah!" Wong itu semua tergolong dalam lingkaran fitnah akhir zaman. Kata ustadzku menyitir hadist Nabi Shalallahu alaihi wasallam: "Alfitnatu fi akhiri al zaman kaqith'atu al laili al mudhlim".
Aqil:
"Kalau menurutku itu kan juga sunnatullah (proses alam), ya Kang? Termasuk pluralisme beragama di Indonesia ini, kalau hadits tadi artinya apa kang?"
Fuad:
"Yah, itu semua memang sunnatullah. Nabi kita jauh-jauh hari sudah mengetahui bahwa fitnah di akhir zaman seperti memotong mendung di tujuh langit kelam yang petang. Artinya akan datang fitnah-fitnah yang lebih besar dari pada sebelumnya, karena langit di malam hari semakin ke atas semakin petang (alfitnatu fiddin tubdau shoghir tsumma tu'dhomu)
Aqil:
"Wah-wah, negara kita kayaknya malah akan carut marut ya, Kang?"
"Kira-kira bagaimana cara penanggulangannya, ya?"
Fuad:
"Oh kalau itu sih harus disikapi dengan arif, jangan grusah-grusuh (tergesa-gesa). Carut marutnya negara kita itu bermula dari fitnah agama yang kecil (seperti disebutkan hadits tadi). Fitnah itu bermula dari ketidakmampuan pribadi seseorang dalam menyeimbangkan gejolak ego dan rasio dengan potensi God Spot (hati nurani) yang ada dalam hati manusia. Jadi dengan ego yang terlalu besar mengalahkan God Spot dalam tindakan mereka, akhirnya yang terjadi adalah penindasan syariat. Walaupun mereka mengaku untuk membela agama Islam. Singkatnya semangat terhadap agama Islam lebih besar dari pada keilmuan mereka terhadap Islam".
Aqil:
"Wah, kalau gitu ulasan kang Fuad ini udah kayak dosen aje." (sambil memotong kalimat si Fuad)

Si Fuad meneruskan pembicaraannya...


"Dengan keegoan mereka, maka yang terjadi adalah upaya penilaian/penghargaan terhadap diri mereka sendiri terlalu tinggi, melebihi penghargaan mereka terhadap syariat Islam yang seharusnya dijunjung tinggi. Usaha ini terus menerus dilancarkan kepada muslim yang lemah keimanan dan pendidikannya".
Aqil:
"Wah, jadi selama ini saya tidak paham ada upaya dekonstruksi agama (penghancuran) di negara kita. Malahan saya yang ikut-ikutan dan mengekor kayak bebek lagi baris ..." (sambil meringis)
Fuad:
"Ya memang, orang muslim yang awam kayak kamu, yang sering menjadi target kaum Yahudi untuk faham dekontruksi syariat. Bahkan kajian kayak gini nih, yang dijejalkan di Perguruan Tinggi."
"Makanya belajar agama jangan setengah-setengah kayak mereka. Kalau perlu masuk pesantren dan jangan keluar sampai kamu menjadi orang yang mumpuni"
Aqil:
"Kalo memang kayak gitu hakikat di balik semua ini, aku akan mengajak kembali teman-temanku untuk kembali pada kajian agama yang salaf bukan kajian agama model buatan orang-orang liberalis."

Akhirnya kali ini Aqil dan Fuad bisa berjalan beriringan, mengaji bersama, dan mensyiarkan Islam di jalur yang sama (Salafus Sholeh). (shr)


Alamat Redaksi: Jl. Raya Raci No. 51 Bangil Pasuruan P.O. Box 08 Bangil Pasuruan Jatim Indonesia. Telp. 0343-745317/746532 Fax. 0343-741-200
e-mail redaksi_albashiroh@yahoo.co.id.